Rabu, 22 Oktober 2008

Mudah Tergoda Dengan Bisnis Lain

Kasus:
Mudah tergoda dengan bisnis lain adalah salah satu ”penyakit” yang juga sering menghinggapi para pengusaha. Pada saat bisnis sudah lancar, penghasilan juga makin mantab, pundi-pundi kekayaan juga terus mengalir, maka biasanya akan muncul ”godaan” untuk terjun ke bisnis lain.
Katakanlah Anda adalah seorang pengusaha yang sukses mengelola usaha konveksi. Disaat usaha Anda sedang maju-majunya, tiba-tiba ada relasi Anda yang mengajak Anda bisnis jual beli besi. Sudah barang tentu relasi Anda sudah menyiapkan estimasi keuntungan yang menggiurkan bagi Anda. Nah, banyak pengusaha yang tertarik hanya dengan melihat angka-angka ”manis” yang tercantum dalam business plan. Akhirnya tanpa melihat kemampuan dirinya dan kemampuan dari relasi yang mengajaknya berbisnis besi, tawaran itupun akhirnya diterima. Dan diapun rela mengalokasikan sebagian dana (yang sebetulnya dana milik perusahaan konveksi) untuk dialihkan sementara sebagai modal berbisnis besi.
Ketika bisnis besi sedang dalam proses, tiba-tiba ada saudara Anda yang datang menawarkan program investasi. Dengan sangat meyakinkan dia mengajak Anda untuk terjun ke bisnis investasi. Semua dunia bisnis yang belum pernah Anda kenal sebelumnya. Entah karena benar-benar tertarik dengan estimasi bisnisnya atau sekedar karena tidak enak dengan saudara, maka Anda pun kembali ber-investasi ke bisnis saham tersebut.
Sudah barang tentu Anda sangat berharap dengan mengalihkan sementara uang dari usaha konveksi ke bisnis besi dan saham itu, Anda akan mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat dan kemudian hasil keuntungannya bisa digunakan untuk mengembangkan usaha konveksi yang selama ini sudah dijalankan. Sebetulnya itu bukan logika yang salah. Dan kedua jenis usaha itu juga memang termasuk jenis usaha yang cukup menjanjikan dan sedang menjadi trend bisnis saat ini.
Namun masalahnya adalah, banyak pengusaha yang berani terjun ke bisnis lain yang sama sekali tidak diketahui seluk beluknya. Dia sama sekali buta dengan proses yang harus dilalui sebelum keuntungan didapatkan. Dan seringkali karena ketidaktahuan Anda, karena ketidakcermatan Anda, maka bisnis-bisnis sampingan tersebut akhirnya gagal. Padahal uang yang digunakan adalah uang bisnis konveksi Anda yang sebetulnya sudah berjalan baik.
Wah, jika itu yang terjadi, bisa saja bisnis konveksi Anda yang sebetulnya tinggal pengembangan itu terganggu cash flow nya. Dan tidak menutup kemungkinan jika dana yang Anda tarik untuk investasi ke bisnis lain terlalu besar akan membuat bisnis konveksi Anda terancam gulung tikar.


Resep ”Obat”:
Ada beberapa hal yang sebaiknya Anda perhatikan sebelum memutuskan untuk ”bermain” di bisnis lain:
1. Jangan mudah ”tergoda” dengan angka-angka yang disodorkan kepada Anda. Yah, biasanya ketika menawarkan kerjasama, siapapun akan menyodorkan angka-angka keuntungan yang cukup menggiurkan. Anda harus cermat dan waspada terutama jika Anda mendapatkan angka-angka yang fantastis dan sebenarnya tidak masuk akal.
2. Kenali karakter dan track record orang yang mengajak Anda. Sebelum memutuskan untuk bergabung, kenali dengan baik karakter relasi yang mengajak Anda dan pelajari track record nya selama ini. Anda bisa meminta informasi kepada relasi-relasi Anda yang lain ataupun kerabat dari orang yang mengajak Anda tersebut.
3. Buatlah kesepakatan tertulis yang melindungi kedua belah pihak. Walaupun yang mengajak Anda adalah saudara sendiri ataupun sahabat dekat, Surat perjanjian tertulis tetap harus dibuat untuk melindungi kedua belah pihak jika suatu saat terjadi permasalahan. Selain berisi hak dan kewajiban, dalam surat perjanjian juga perlu dicantumkan pasal-pasal yang mengatur tentang risiko. Yah, jangan sampai Anda terjebak membuat surat perjanjian yang serba ”manis” dan seolah-olah tidak akan mungkin ada risiko gagal sama sekali.
4. Jangan menggunakan uang modal kerja dari bisnis yang sudah berjalan. Jika Anda memang ingin ber-investasi di bisnis lain, pastikan bahwa uang yang Anda gunakan bukan uang modal kerja yang dibutuhkan setiap saat oleh bisnis Anda yang lain. Gunakan dana dari sumber lain (misalnya uang tabungan pribadi Anda). Sebagai modal usaha. Anda harus tetap ingat bahwa sebuah bisnis tidak pasti berhasil. Jangan sampai ketika bisnis gagal, akan menganggu bisnis lain yang sudah mapan.
Misalnya bisnis yang akan Anda jalankan membutuhkan modal total 300 juta. Maka sebaiknya jangan langsung gelontorkan uang sebesar itu kepada relasi Anda. Lakukan pencairan secara bertahap berdasarkan kebutuhan dan progress report nya. Dan usahakan Anda bisa mengontrol keuangannya. Misalnya Anda menempatkan orang kepercayaan Anda sebagai Manager Keuangan di usaha tersebut.
5. Jika ada indikasi ”gagal” segera ambil sikap. Waktu 3 bulan sudah cukup bagi Anda untuk menilai apakah bisnis tersebut cukup prospektif ataukah tidak?. Apakah mitra kerja Anda cukup profesional menjalankan bisnis tersebut ? dan apakah uang Anda betul-betul digunakan sesuai dengan rencana anggaran yang diajukan kepada Anda?. Jika dalam waktu 3 bulan Anda menemukan banyak indikasi ketidakberesan. Anda harus mengambil sikap untuk menghentikan usaha tersebut sebelum Anda terlanjur mengalami kerugian yang lebih besar.

Tulisan Ini Merupakan Cuplikan Secuil Dari Isi Buku Saya yang Ketiga yang Berjudul "Obat Paling Mujarab Sembuhkan Penyakit Penyebab Kebangkrutan Usaha" terbit 22 Oktober 2008 penerbit Elexmedia Komputindo