Disini saya akan menyampaikan betapa pentingnya strategi penerapan harga jual produk.
Situasi dan kondisi perekonomian kita yang tidak menentu seperti sekarang ini memang terasa sekali ”merepotkan” dan meresahkan pengusaha-pengusaha makanan (termasuk saya). Namun demikian dengan strategi yang tepat kita bisa mengatasi dan mengantisipasinya tanpa harus terombang-ambing kenaikan harga bahan baku.
Ada beberapa hal yang bisa Anda gunakan sebagai bahan acuan dalam menetapkan harga jual produk, yaitu:
· Tetapkan harga berdasarkan harga yang berlaku dipasaran.
Caranya adalah dengan melakukan pengamatan, survey dan observasi terhadap rumah makan dengan menu sejenis yang berjarak radius 1-2 km dari rumah makan Anda. Amati berapa rata-rata harga jual untuk menu makanan yang sama dengan tempat Anda dan tetapkanlah harga jual produk sedikit lebih murah atau minimal sama dengan harga yang ditetapkan para pesaing Anda.
· Tetapkan harga berdasarkan modal yang dikeluarkan.
Caranya adalah dengan menghitung semua komponen biaya produksi, seperti: biaya bahan baku, tenaga, transportasi, peralatan dan lain sebagainya. Setelah semua komponen biaya dihitung akan ketemu sebuah angka biaya produksi (harga pokok produksi / HPP). Dari HPP itulah Anda bisa menentukan berapa margin keuntungan yang ingin Anda dapatkan. Misalnya HPP nya Rp 100.000 dan Anda ingin mengambil keuntungan dengan margin sebesar 30%, maka ketika produk yang dijual laku 100% (laku semua) Anda harus bisa mendapatkan uang Rp.130.000 dimana yang Rp.100.000 adalah modal yang bisa diputar kembali dan yang Rp 30.000 adalah keuntungan Anda berjualan dalam 1 hari.
Mungkin Anda bertanya-tanya:
”waduh Cak, menjalankan usaha sekarang ini sulit, harga bahan baku berubah-rubah, sedangkan kita kan nggak bisa seenaknya menaikkan harga jual produk, gimana tuh Cak ?”
Yah, problem itulah yang saat ini sedang dialami semua pengusaha. Ketidakstabilan harga telah membuat kalangan pengusaha ”pusing tujuh keliling” dan bahkan tidak sedikit yang menyerah dan ”gulung tikar”. Namun sebagai entrepreneur sejati tidak seharusnya Anda menyerah.
Saya sendiri juga mengalami hal tersebut, ketika harga sebuah komoditi (bahan baku) naik, banyak mitra-mitra usaha saya yang mengeluhkan hal ini.
Untuk mengatasi hal ini, saya ada beberapa kiat untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku. Dan kiat ini juga sudah saya praktekkan di usaha bakso saya. Yaitu:
· Mengorbankan margin keuntungan untuk sementara waktu.
Demi menyelamatkan usaha dan menyelamatkan kualitas produk (yang udah banyak peminatnya itu) nggak ada salahnya jika Anda mengorbankan margin keuntungan untuk sementara waktu.
Jadi misalnya selama ini Anda tetapkan margin keuntungan sebesar 30%, maka sementara waktu pangkas dahulu margin tersebut hingga 10-20%. Menurut saya asal tidak merugi (biaya produksi lebih besar dari penghasilan) nggak masalah hal itu dilaksanakan. Biarlah untung kecil namun pelanggan tetap terjaga. Ini lebih baik daripada dapat untung besar namun kemudian Anda ditinggalkan pelanggan-pelanggan setia.
Yang pasti, mengorbankan margin ini tidak selamanya dan hanya bersifat sementara, jadi nggak usaha risau karena hanya mendapatkan untung kecil, nanti ketika harga-harga sudah mulai stabil Anda bisa menaikkan lagi margin keuntungan Anda. Menurut saya cara ini lebih aman.
· Melakukan efisiensi di Sumber Daya Manusia, bukan di Produksi dan Promosi.
Ini sebenarnya pilihan terakhir ketika harga-harga bahan baku sudah tidak bisa disiasati lagi. Artinya Anda pasti mengalami kerugian jika memaksakan diri, maka effisiensi SDM bisa dilakukan.
Ketika harga bahan baku naik, sudah barang tentu akan berimbas pada turunnya omzet usaha Anda. Banyak pengusaha yang memilih menurunkan kualitas produk untuk mencapai HPP yang lebih murah dengan demikian mereka tidak perlu menaikkan harga namun cita rasanya yang dikorbankan. Bagi saya, cara seperti ini tidak tepat. Saya lebih menyarankan untuk tetap mempertahankan kualitas dan citarasa produk namun kita lakukan efisiensi pada sumber daya manusia yang kita miliki. Agar anggaran bulanan bisa tercukupi, lakukan efisiensi (kalau perlu pengurangan pegawai). Jika ada beberapa pekerjaan yang bisa dikerjakan satu orang kenapa harus dikerjakan 2-3 orang. Langkah ini lebih pas (dari sisi bisnis) daripada mengorbankan kualitas produk.
· Efisiensi produk (jika sangat terpaksa).
Saya memang tidak menyarankan Anda untuk melakukan efisiensi produk. Namun jika memang kondisinya betul-betul tidak memungkinkan lagi atau nilai kenaikan bahan baku lebih dari 25% dari biasanya, maka langkah ini pun terpaksa bisa dilakukan. Dalam hal ini saya ada beberapa kiat yang bisa di jalankan jika langkah efisiensi produk terpaksa harus dilakukan, yaitu: dengan tetap mempertahankan harga (tidak menaikkan harga) dan tidak mengurasi kualitas rasa namun mengurangi ukuran fisiknya. Jadi misalnya nya Anda berbisnis Bakso, maka Anda harus tetap mempertahankan cita rasa bakso Anda (tidak mengurangi bumbu) dan tidak menaikkan harganya. Namun ukuran baksonya yang Anda perkecil. Menurut saya langkah itulah yang paling pas dijalankan. Dan saya yakin pelanggan akan lebih bisa menerima hal ini daripada kenaikan harga dan penurunan cita rasa.
Situasi dan kondisi perekonomian kita yang tidak menentu seperti sekarang ini memang terasa sekali ”merepotkan” dan meresahkan pengusaha-pengusaha makanan (termasuk saya). Namun demikian dengan strategi yang tepat kita bisa mengatasi dan mengantisipasinya tanpa harus terombang-ambing kenaikan harga bahan baku.
Ada beberapa hal yang bisa Anda gunakan sebagai bahan acuan dalam menetapkan harga jual produk, yaitu:
· Tetapkan harga berdasarkan harga yang berlaku dipasaran.
Caranya adalah dengan melakukan pengamatan, survey dan observasi terhadap rumah makan dengan menu sejenis yang berjarak radius 1-2 km dari rumah makan Anda. Amati berapa rata-rata harga jual untuk menu makanan yang sama dengan tempat Anda dan tetapkanlah harga jual produk sedikit lebih murah atau minimal sama dengan harga yang ditetapkan para pesaing Anda.
· Tetapkan harga berdasarkan modal yang dikeluarkan.
Caranya adalah dengan menghitung semua komponen biaya produksi, seperti: biaya bahan baku, tenaga, transportasi, peralatan dan lain sebagainya. Setelah semua komponen biaya dihitung akan ketemu sebuah angka biaya produksi (harga pokok produksi / HPP). Dari HPP itulah Anda bisa menentukan berapa margin keuntungan yang ingin Anda dapatkan. Misalnya HPP nya Rp 100.000 dan Anda ingin mengambil keuntungan dengan margin sebesar 30%, maka ketika produk yang dijual laku 100% (laku semua) Anda harus bisa mendapatkan uang Rp.130.000 dimana yang Rp.100.000 adalah modal yang bisa diputar kembali dan yang Rp 30.000 adalah keuntungan Anda berjualan dalam 1 hari.
Mungkin Anda bertanya-tanya:
”waduh Cak, menjalankan usaha sekarang ini sulit, harga bahan baku berubah-rubah, sedangkan kita kan nggak bisa seenaknya menaikkan harga jual produk, gimana tuh Cak ?”
Yah, problem itulah yang saat ini sedang dialami semua pengusaha. Ketidakstabilan harga telah membuat kalangan pengusaha ”pusing tujuh keliling” dan bahkan tidak sedikit yang menyerah dan ”gulung tikar”. Namun sebagai entrepreneur sejati tidak seharusnya Anda menyerah.
Saya sendiri juga mengalami hal tersebut, ketika harga sebuah komoditi (bahan baku) naik, banyak mitra-mitra usaha saya yang mengeluhkan hal ini.
Untuk mengatasi hal ini, saya ada beberapa kiat untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku. Dan kiat ini juga sudah saya praktekkan di usaha bakso saya. Yaitu:
· Mengorbankan margin keuntungan untuk sementara waktu.
Demi menyelamatkan usaha dan menyelamatkan kualitas produk (yang udah banyak peminatnya itu) nggak ada salahnya jika Anda mengorbankan margin keuntungan untuk sementara waktu.
Jadi misalnya selama ini Anda tetapkan margin keuntungan sebesar 30%, maka sementara waktu pangkas dahulu margin tersebut hingga 10-20%. Menurut saya asal tidak merugi (biaya produksi lebih besar dari penghasilan) nggak masalah hal itu dilaksanakan. Biarlah untung kecil namun pelanggan tetap terjaga. Ini lebih baik daripada dapat untung besar namun kemudian Anda ditinggalkan pelanggan-pelanggan setia.
Yang pasti, mengorbankan margin ini tidak selamanya dan hanya bersifat sementara, jadi nggak usaha risau karena hanya mendapatkan untung kecil, nanti ketika harga-harga sudah mulai stabil Anda bisa menaikkan lagi margin keuntungan Anda. Menurut saya cara ini lebih aman.
· Melakukan efisiensi di Sumber Daya Manusia, bukan di Produksi dan Promosi.
Ini sebenarnya pilihan terakhir ketika harga-harga bahan baku sudah tidak bisa disiasati lagi. Artinya Anda pasti mengalami kerugian jika memaksakan diri, maka effisiensi SDM bisa dilakukan.
Ketika harga bahan baku naik, sudah barang tentu akan berimbas pada turunnya omzet usaha Anda. Banyak pengusaha yang memilih menurunkan kualitas produk untuk mencapai HPP yang lebih murah dengan demikian mereka tidak perlu menaikkan harga namun cita rasanya yang dikorbankan. Bagi saya, cara seperti ini tidak tepat. Saya lebih menyarankan untuk tetap mempertahankan kualitas dan citarasa produk namun kita lakukan efisiensi pada sumber daya manusia yang kita miliki. Agar anggaran bulanan bisa tercukupi, lakukan efisiensi (kalau perlu pengurangan pegawai). Jika ada beberapa pekerjaan yang bisa dikerjakan satu orang kenapa harus dikerjakan 2-3 orang. Langkah ini lebih pas (dari sisi bisnis) daripada mengorbankan kualitas produk.
· Efisiensi produk (jika sangat terpaksa).
Saya memang tidak menyarankan Anda untuk melakukan efisiensi produk. Namun jika memang kondisinya betul-betul tidak memungkinkan lagi atau nilai kenaikan bahan baku lebih dari 25% dari biasanya, maka langkah ini pun terpaksa bisa dilakukan. Dalam hal ini saya ada beberapa kiat yang bisa di jalankan jika langkah efisiensi produk terpaksa harus dilakukan, yaitu: dengan tetap mempertahankan harga (tidak menaikkan harga) dan tidak mengurasi kualitas rasa namun mengurangi ukuran fisiknya. Jadi misalnya nya Anda berbisnis Bakso, maka Anda harus tetap mempertahankan cita rasa bakso Anda (tidak mengurangi bumbu) dan tidak menaikkan harganya. Namun ukuran baksonya yang Anda perkecil. Menurut saya langkah itulah yang paling pas dijalankan. Dan saya yakin pelanggan akan lebih bisa menerima hal ini daripada kenaikan harga dan penurunan cita rasa.
Tulisan ini hanya secuil dari strategi-strategi yang lain yang saya tuangkan secara lengkap di buku saya yang kedua berjudul "15 Jurus Anti Rugi Buka Usaha Rumah Makan" yang diterbitkan oleh Elexmedia.
Salam Sukses Selalu