Sabtu, 06 Juli 2013

5 Kebiasan Buruk Yang Bisa Menguras Keuangan Anda



Jika ingin kondisi keuangan Anda sehat, jangan terlalu fokus kepada pengeluaran besar. Justru biasanya penyebab sakitnya kondisi keuangan Anda gara-gara pengeluaran kecil namun dilakukan terus-menerus.

Kebiasaan buruk seperti ini justru yang membuat pengeluaran menumpuk hingga menjadi pengeluaran besar. Seperti halnya dengan banyak kebiasaan buruk lainnya, Anda mungkin bahkan tidak akan menyadari hal-hal buruk itu sampai Anda pulang ke rumah dan termenung di malam harinya 

Jadi, pertimbangkan hal ini: Anda mungkin telah melakukan banyak hal bodoh dengan uang Anda dan kini saatnya membuat beberapa perubahan sebelum Anda benar-benar menguras rekening bank sendiri.

Setengah tahun sudah berjalan di 2013, mari kita mulai membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa membahayakan kondisi keuangan. Berikut adalah kebiasaan-kebiasaan buruk soal pengeluaran uang yang sebaiknya dihindari seperti dikutip dari DailyFinance, Jumat (5/7/2013).


1. Terlalu Sering Makan di Luar


Sedikitnya Anda makan tiga kali sehari, artinya dalam sebulan bisa sampai seratus kali kesempatan untuk makan di luar dan memungkinkan untuk menghabiskan banyak uang. Terlalu banyak orang menggunakan kesempatan itu dengan pergi keluar untuk makan atau memesan makanan.

Makan siang, misalnya. Jika Anda makan siang di Cafe, tentu biaya yang dikeluarkan cukup besar. Hal ini bisa dikurangi dengan makan siang di warteg atau warung padang yang tentunya jauh lebih murah.

Tapi, alangkah lebih baiknya lagi jika Anda membawa bekal dari rumah sehingga biaya makan Anda sudah termasuk dalam daftar belanja bulanan dan tidak perlu mengeluarkan uang lagi.

Pergi keluar untuk makan malam bahkan lebih buruk lagi. Setidaknya satu orang bisa menghabiskan uang sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000 untuk sekali makan. Belum lagi jika ingin beli cemilan untuk dimakan di rumah sebelum tidur.

Bahkan sarapan di luar juga masuk dalam pengeluaran yang menguras anggaran. Membeli sekotak sereal di awal pekan atau roti tentunya akan lebih murah ketimbang harus membeli bubur atau nasi kuning di dekat kantor setiap pagi.


2. Gila Diskon



Ada banyak cara perusahaan menarik konsumen. Salah satunya adalah dengan memberikan diskon, apalagi jika potongan harga itu berlaku dalam jangka waktu yang pendek.

Penjual selalu pandai memikat pembeli dengan memberikan diskon yang menjanjikan yang akan hilang jika Anda tidak segera membelinya. Contohnya, potongan 50% khusus hari ini saja, atau beli satu dapat dua jika membeli hari ini, dan lain-lain.

Program diskon seperti ini yang akan membuat Anda membeli barang yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. Bahkan, konsumen bisa membelinya hanya karena diskon, padahal tidak butuh-butuh amat.


3. Sering Nonton Film Bioskop



Bagi mereka yang berpenghasilan cukup tinggi, mungkin menonton film di bioskop bukan termasuk pemborosan. Tapi, lain halnya dengan mereka yang berpenghasilan menengah.

Ambil contoh, harga rata-rata tiket bioskop di Jakarta pada hari biasa sekitar Rp 25.000-40.000 per orang. Kita ambil sekitar Rp 40.000 untuk sekali nonton. Jika Anda punya pasangan, berarti jadi Rp 80.000.

Ditambah biaya popcorn dan minuman bisa jadi total sekitar Rp 120.000. Setelah nonton tidak langsung pulang dan ingin isi perut lagi, akhirnya makan di cafe atau restoran cepat saji, menu dua orang kira-kira Rp 100.000.

Hanya dalam waktu kurang dari enam jam, Anda sudah menghabiskan Rp 220.000. Masih terlihat kecil? Bulan ini memasuki musim panas di negeri barat, saatnya film-film box office bermunculan.

Dalam satu bulan Anda pergi menonton empat kali atau satu pekan sekali, total uang keluar Rp 880.000. Biaya yang cukup besar untuk dana hiburan, jika tidak dikurangi akan bahaya terhadap kondisi keuangan Anda.

Cara mengatasinya adalah dengan membatasi acara pergi nonton bioskop dan sedikit bersabar menunggu DVD nya keluar. Jika filmnya tidak bagus-bagus amat, lebih baik nunggu DVD-nya rilis atau bahkan tunggu sampai nongol di televisi swasta saja.


4. Mengejar Poin dan Reward Kartu Kredit atau Debit



Banyak orang terjebak dengan program ini, hanya demi mengejar poin atau reward di kartu kredit, akhirnya belanja kebablasan dan tidak pakai itungan, yang penting menang undian.

Pikirkan kembali tujuan awal Anda mengambil kartu kredit atau debit, apakah Anda melakukannya untuk mendapatkan poin dan reward? Itu tidak berarti bahwa Anda tidak harus mengubah kebiasaan belanja Anda demi mengejar poin. 

Jika Anda bisa mendapatkan bonus sangat signifikan dengan menghabiskan banyak uang dalam beberapa bulan pertama, maka Anda bisa belanja bulanan dengan menyetok barang-barang untuk bulan-bulan berikutnya. Sehingga, pengeluaran Anda besar di awal, dan dapat poin tentunya, dan di bulan-bulan berikutnya tidak perlu terlalu boros.


5. Malas Untuk Menghentikan Tagihan Berulang



Tahun ini Anda berniat kurus dan kekar dengan cara ikutan jadi anggota salah satu pusat kebugaran alias gym. Gym ini bayarannya bulanan, Anda minta pembayaran dilakukan otomatis tiap bulan melalui kartu kredit.

Awalnya mungkin Anda semangat, namun seiring waktu berjalan, lama-lama Anda mulai malas ke gym atau bahkan lupa dan berhenti pergi sama sekali. Jika Anda tidak datang ke tempat gym dan membatalkan keanggotaan, bisa jadi tagihan kartu Anda akan terus ditarik setiap bulan untuk layanan yang sebenarnya tidak lagi Anda gunakan. 

Mungkin Anda sudah lupa jika biaya ini berulang, atau mungkin di dalam hati Anda masih berniat ingin pergi ke gym lagi karena tahun ini sudah berjanji ingin kurus dan kekar. Ini adalah salah satu kebiasaan buruk pengeluaran Anda. 

sumber : detikfinance

Ini Dia Para Pebisnis Muda The Next Mark Zuckerberg













Jakarta - Anda pasti tahu pendiri Facebook Mark Zuckerberg dan pendiri Twitter Jack Dorsey, tapi ada lagi pengusaha lain yang juga berfokus pada ide-ide dan hal-hal besar.

Berikut adalah sejumlah pengusaha yang juga punya ide besar seperti dikutipdetikFinance dari CNN Money, Senin (1/7/2013).

Adam Neumann
Adam Neumann ingin melakukan pekerjaannya menjadi lebih menyenangkan dan kolaboratif. Pada tahun 2010, pasangan pebisnis Neumann dan Miguel McKelvey ini meluncurkan WeWork, perusahaan yang bisa menyewakan ruangan untuk usaha kecil, pengusaha, dan jenis kreatif lainnya. Tujuannya untuk mendorong kolaborasi dan memberdayakan masyarakat untuk membangun perusahaan mereka sendiri.

Dengan US$ 600 per bulan, orang bisa menyewa ruang di salah satu perusahaan miliknya di 13 lokasi. Ruangan yang disewakan di perusahaan WeWork ini terbuat dari kaca, memungkinkan setiap orang untuk melihat satu sama lain. 

Kantor ini memiliki ruang umum di mana orang bisa chatting, dan punya ‘ruang khusus’ di setiap lantai untuk mendorong orang berinteraksi satu sama lain. Anggota WeWork juga memiliki akses ke jaringan sosial internal di mana anggotanya dapat memposting apa pun dari permohonan bantuan ke sebuah artikel menarik.

"Saya ingin bekerja untuk diri saya sendiri, saya ingin melakukan apa yang saya sukai, dan itu tipe orang yang kita sebut ‘We generation,'" kata Neumann kepada CNNMoney.

Dengan lebih dari 100 karyawan dan kantor di New York dan San Francisco, dan Los Angeles, perusahaan tersebut berkembang dengan cepat,  dan rencananya akan memperluas ke Boston, Chicago, dan Seattle.

Patrick dan John Collision
Patrick dan John Collision adalah dua bersaudara dari Irlandia dan punya ide besar yaitu mengubah transaksi online.

Patrick yang berusia 24 tahun dan John 22 tahun memiliki teknologi bangunan yang memungkinkan usaha kecil untuk memproses pembayaran kartu kredit tanpa perlu membuat account merchant. Pengusaha muda ini punya konsep besar untuk pembayaran seperti PayPal, Google, dan Amazon. Diluncurkan pada tahun 2011, perusahaan ini sekarang memproses jutaan pembayaran setiap hari.

Dua bersaudara ini putus kuliah untuk fokus pada misi mereka dan dengan cepat menangkap peluang besar pada saat itu bahwa teknologi akan memudahkan segala sesuatu untuk saling berhubungan. IPad, misalnya, memungkinkan pedagang untuk mengontrol transaksi tanpa perlu menginstal perangkat lain.

Ketika Anda masih muda dan menjalankan sebuah perusahaan kecil, aturan ‘kuno’ soal bisnis tidak selalu berlaku. Stripe saat ini memiliki 50 karyawan dan struktur perusahaan yang unik. Patrick tidak merekrut manajer produk, namun mengontrol pekerjaan dari kejauhan dan menjalankan perusahaan dalam struktur hirarki. Sebagian besar email perusahaan adalah milik publik internal, yang berarti transparansi bagi karyawan.

Dengan tidak adanya manajer produk, Stripe memungkinkan para pekerjanya mengetahui konsep-konsep baru mereka sendiri dan menerapkannya.

"Kami sedang membangun untuk orang-orang seperti kita, tugas kita adalah untuk keluar dari jalan," kata Collision.


Alex Hawkinson



Ketika Alex Hawkinson mengeluarkan ide untuk menciptakan ide membuat hub wireless dan sensor nirkabel pada crowdfunding platform untuk menghubungkan dua senar. Perangkat itu terjual lebih dari US$ 1,2 juta, perangkat yang memungkinkan penggunanya terhubung dengan beberapa item dalam rumah mereka melalui smartphone.

Perangkat itu tersambung ke Internet, sensor nirkabel dan colokan yang memungkinkan orang untuk mengendalikan segala sesuatu dari pendingin udara dengan smartphone mereka. Melalui aplikasi ini, orang bisa memantau segala sesuatu melalui sensor yang terhubung, orang bisa mematikan lampu mereka dan memantau apakah pintu atau jendela terbuka atau tertutup.

Hawkinson dapat ide membuat perangkat itu berasal dari pemadaman listrik di rumahnya saat liburan. Saat itu pipa bawah tanah meledak, dan tidak diketahui penyebabnya.

Atas kejadian itu, dia berharap dia punya layanan pemberitahuan, sesuatu yang mendasar seperti peringatan SMS. Sebuah bola lampu meledak, dari situ Hawkinson memutuskan untuk membuat perangkat tersebut sendiri.


Aaron Levie


Sebagai investor, Aaron telah menurunkan pendanaannya untuk aplikasi konsumen dan lebih fokus pada perusahaan perangkat lunak miliknya, Box. Pendiri Box Aaron Levie dengan cepat menjadi bintang.

Di usia 28 tahun, delapan tahun lalu dengan temannya dari perguruan tinggi, Aaron memulai bisnis di perusahaannya, Box dengan layanan aman berbagi file untuk bisnis.

"Kami, Anda tahu, terus terang bosan dengan sekolah dan kami mencoba untuk menemukan semua hal-hal yang berbeda untuk dilakukan," kata Levie kepada CNN Money. "Kami semacam mendarat pada gagasan bahwa itu harus ada cara yang lebih mudah untuk berbagi informasi dari mana saja."

Akhirnya dua orang ini keluar dari perguruan tinggi untuk fokus pada layanan ini. Saat ini, perusahaannya telah memiliki lebih dari 700 karyawan dan memiliki aset miliar dolar. Perusahaan itu kini melayani 150.000 bisnis dan baru saja mengumumkan rencana untuk memperluas bisnisnya ke luar negeri.


Paul Berry


Paul Berry membantu membangun Huffington Post dari awal tahun 2007, dan enam tahun kemudian, ia membantu orang membuat website mereka sendiri.

Situs RebelMouse memungkinkan orang untuk bisa menghubungkan situs sosial lainnya di Facebook, Twitter, Pinterest, yang dia sebut "halaman depan untuk media sosial apa pun dan untuk semua orang." Berry mengatakan, layanan ini dapat digunakan untuk membantu mencari dan menemukan konten dan untuk memungkinkan pengguna untuk mendapatkan visual pada Web dengan media sosial.

Berry mulai menciptakan situs RebelMouse saat mendengar keluhan dari pengguna HuffPo yang mengalami kesulitan mengakses konten mereka dan menciptakan sebuah platform.

"Orang-orang mulai menyadari kondisi situs Web mereka dan yakin bahwa mereka bisa mendapatkan yang lebih baik," kata Berry kepada CNN Money. "Mereka memberikan harapan untuk itu, dan itu bagian dari alasan mengapa saya menciptakan ini."

Situs RebelMouse ini mulai menarik beberapa nama besar, yaitu Yahoo dan Mashable yang telah teruji layanannya.


Karl Jacob


Bagi Karl Jacob, tidak banyak hal untuk mengetahui apa yang teman Anda lakukan sekarang. "Apa yang terjadi sekarang hanya digunakan sedikit karena jumlah waktu yang harus Anda lakukan untuk sesuatu itu sangat terbatas," kata Jacob.

Itulah pemikiran di balik aplikasi barunya, Hangtime. Hangtime ini adalah mesin pencarian melalui grafik terbuka di Facebook dan sumber-sumber online lainnya untuk mencari apa yang teman Anda rencanakan untuk dilakukan di masa depan, dan kemudian Hangtime menciptakan kalender untuk Anda.

Hangtime menempati urutan peristiwa dengan seberapa populer mereka di antara teman-teman Anda, sehingga Anda dapat mengubah rencana Anda sesuai keinginan. Ini merupakan mesin pencarian "rekayasa sosial."


Nat Turner


Ketika sepupu Nat Turner berusia tujuh tahun, dia didiagnosis mengidap leukemia, kemudian ia dan pendiri Flatiron, Zachary Weinberg mendapat inspirasi untuk menggunakan data besar untuk meningkatkan pengobatan kanker.

Flatiron tengah mencoba untuk membantu ahli onkologi dengan menggabungkan data pengobatan dari pusat kanker di seluruh negeri. Idenya adalah untuk memberikan dokter sebuah platform yang dapat mereka gunakan untuk membandingkan pengobatan untuk pasien dengan diagnosis yang sama.

"Jika Anda didiagnosis di Augusta, Georgia, sistem dapat memanfaatkan semua data yang berbeda dikumpulkan di seluruh Amerika Serikat untuk dibandingkan," kata Turner. "Kami baru saja kembali ke pusat untuk mengatakan, 'Apakah kau tahu dari empat atau lima perawatan ini telah bekerja lebih baik daripada yang Anda pikirkan, bahkan untuk pasien yang tidak ada harapan?"

Matthew Brimer

Jika pendidikan perguruan tinggi Anda tidak cukup mempersiapkan Anda untuk bekerja di sebuah perusahaan teknologi, General Assembly mungkin bisa membantu. Perusahaan ini telah menciptakan sebuah jaringan kampus yang menawarkan kelas teknologi, bisnis dan desain.

"Pendidikan adalah membutuhkan beberapa inovasi nyata," kata pendiri Matius Brimer. "Ini merupakan industri yang tidak banyak berubah dalam berabad-abad, bisa dibilang, namun dunia berubah, teknologi berubah, pekerjaan yang tersedia, bagian ekonomi yang berkembang, semua itu berubah."

General Assembly menawarkan delapan minggu untuk membahas topik secara mendalam, seperti ilmu data dan desain. Ia juga menawarkan pelajaran singkat, termasuk kursus kilat tiga sesi dalam meningkatkan permodalan, diajarkan oleh partner di sebuah perusahaan.


Matt Galligan


Pendiri Matt Galligan menjelaskan aplikasi barunya, Circa: Catatan Cliffs untuk berita. Aplikasi ini menyediakan fakta cepat pada cerita-cerita utama hari ini yang bisa dibuka pengguna melalui smartphone.

Aplikasi ini adalah pendekatan mobile pertama untuk meng-update berita. Pengguna dapat mengikuti cerita dan mendapatkan pemberitahuan ketika berita itu berkembang.

Galligan sendiri adalah seorang pengusaha serial dan mengatakan dia tidak akan berhenti dengan Circa.

"Otak gila saya berpikir tentang bagaimana reformasi pendidikan dalam 20 tahun dan hal-hal seperti itu," katanya. "Ide-ide besar adalah apa yang akan membuat negara dan dunia terus berkembang di beberapa beberapa tahun ke depan."


Dari Buruh Pabrik, Wanita Ini Sekarang Lebih Kaya dari Donald Trump dan Oprah

http://images.detik.com/content/2013/07/03/68/zhang.jpgFoto: Forbes
Jakarta - Zhang Xin tumbuh di dalam keluarga miskin, dan pada umur 14 tahun dia memulai pekerjaannya sebagai buruh di pabrik. Sekarang wanita ini lebih kaya dari Donald Trump, Steven Spielberg, dan Oprah Winfrey.

Saat ini, Zhang menjadi pengusaha pengembang properti di China, dan merupakan wanita terkaya nomor 7 di dunia dengan kekayaan US$ 3,6 miliar atau Rp 34,2 triliun menurut majalah Forbes. Zhang lebih kaya US$ 800 juta dari Oprah Winfrey.

Zhang berperan dalam mengubah wilayah pinggiran China menjadi modern dengan logo perusahaannya yaitu SOHO, yang terlihat di banyak gedung-gedung di Beijing.

Soho telah banyak membuat gedung-gedung dan properti di Beijing yang juga menjadi icon. Sekarang, SOHO berekspansi ke Shanghai dengan membangun 11 proyek properti.

Wanita yang saat ini berumur 47 tahun ini, lahir di Beijing sebelum masa revolusi Mao Zedong di keluarga miskin. "Saya lahir dan tumbuh saat kota sangat tenang. Tak ada mobil, toko-toko, lampu-lampu, mesin-mesin. Orang-orang hanya naik sepeda saja," ujar Zhang dikutip dari CNN, Rabu (3/7/2013).

Saat umur 14, Zhang dan ibunya pindah ke Hong Kong dan menghabiskan 5 tahun sebagai buruh pabrik bergaji rendah, mulai dari pabrik mainan, pakaian, dan elektronik. Keduanya terus menabung agar Zhang bisa sekolah di Inggris.

"Sebagai imigran baru di Hong Kong dan tidak berpendidikan, kami tidak bisa berbicara dengan dialek lokal. Saat ini merupakan masa-masa sulit bagi kami tinggal di Hong Kong," ujar Zhang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai buruh pabrik, akhirnya Zhang berhasil membeli tiket ke London dan bisa belajar bahasa Inggris. Kemudian Zhang berhasil memperoleh beasiswa ke universitas untuk belajar ekonomi sampai memperoleh gelar master di Universitas Cambridge, dan akhirnya memperoleh pekerjaan pertama di Goldman Sachs New York.

Memperoleh hidup layak di Wall Street tak membuatnya puas, Zhang kembali ke Beijing lalu bertemu suaminya dan berdua memulai bisnis SOHO.

"Saat itu banyak ketertarikan orang berbicara soal mengubah China. Saya merasa negara ini benar-benar akan bertransisi, dan saya mau menjadi bagian dari perubahan ini," kata Zhang.

Sejak Zhang dan suaminya Pan Shiyi mendirikan SOHO China di 1995, perusahaan tersebut sekarang menjadi pengembang properti terbesar di China. Mempunyai 56 juta kaki persegi properti strategis di Beijing dan Shanghai.

Karena kisahnya yang sangat inspiratif, Zhang memiliki 5 juta pengikut (follower) di Weibo, sebuah media sosial China seperti Twitter.

Di samping kesuksesan dan kekayaannya, Zhang tak mau terjebak dalam harta dan kemewahan. Dia pun meminta anaknya yang berumur 14 tahun untuk mencari kerja di McDonald's atau KFC. "Tidak mudah menjadi anak saya karena kekayaan yang ada. Kami mencoba untuk memberi anak-anak kehidupan yang normal," kata Zhang.